Jumat, 29 Mei 2015

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN “Pembuatan Media Kultur Jaringan”


LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

“Pembuatan  Media  Kultur  Jaringan”










OLEH :
KELOMPOK  V (LIMA)
F I T M A N
D1B1 12 057




PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2014

I.  PENDAHULUAN
A.  Latar  Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik perbanyakan vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetative konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi yang berbeda. Penerapan teknikkultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnyaaseptik (steril dari patogen). Bermuara dalam kondisi yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik.
 Hasil yang lebih baik dapat dijangkau atau diperoleh, bila ke dalam media tersebut ditambahkan vitamin-vitamin, asam amino solid dan zat pengatur tubuh. Walaupun sudah diusahakan untuk menghindarkan penggunaan komponen-komponen yang tidak jelas (komponennya) seperti jus buah-buahan dan tauge, air kelapa, Yeast Exstracts dan Casein Hydrolysate, tetapi kadang-kadang kita bisa memperoleh hasil yang lebih tinggi dengan penambahan tersebut. Sebagai contoh, air kelapa masih sering digunakan di laboratorium-laboratorium penelitian, sedangkan pisang masih merupakan komponen tambahan yang sangat popular pada media anggrek.
Peranan media kultur berhubungan dengan penyediaan unsur  hara dan energi serta zat-zat lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bahan eksplan di dalam botol kultur sehingga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kultur jaringan melihat peranan penting dari media kultur, maka melaui praktikum ini dilakukan pembuatan media kultur secara baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ada.
B.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui komponen penyusun dengan fungsi masing-masing dalam media kultur jaringan dan mahasiswa mengetahui serta dapat mempraktekkan cara membuat larutan stok yang akan dipergunakan dalam membuat media kultur jaringan sesuai kompotisi medium yang digunakan.


  
II.  TINJAUAN  PUSTAKA
Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat  berupa medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang diggunakan mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh dan suuplemen organik.  Kultur jaringan tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan organ, jaringan dan sel tumbuhan. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau dalam medium hara cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk kalus, yaitu massa atau sel-sel yang tak tertata. Kultur agar juga mempergunakan teknik untuk meristem (Suryo, 2004).
            Media merupakan suatu bahan yang penting untuk pertumbuhan kultur. Media untuk pertumbuhan kultur dapat berupa media padat dan media cair. Media padat biasanya digunakan untuk mengkulturkan kalus kemudian diinduksi menjadi tanaman lengkap, sedangkan media cair biasanya digunakan untuk kultur sel. Komponen yang penting dalam suatu media adalah senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan suplemen organik (Yuwono, 2008).
              Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan pada media disimpan dalam gelap pada refrigerator sebagai larutan stok. Sedikit volume (misalnya 50 mL) larutan stok mengandung 1 mg mL-1 ZPT dapat disimpan untuk beberapa lama. Kestabilan ZPT bervariasi: kinetin dan IAA tidak stabil pada kondisi cahaya, sehingga biasanya disimpan pada botol berwarna gelap. Juga, IAA kehilangan aktivitasnya pada larutan aqueous sehingga larutan stok IAA sebaiknya tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama (Gunawan, 2001).
            Sebelum membuat media, terlebih dahulu dilakukan pembuatan larutan stok. Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan     bahan-bahan kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu sering menimbang karena hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan di dalam lemari pendingin agar tidak mudah rusak dan mencegah terdegradasinya bahan-bahan kimia oleh mikroba penyebab kontaminasi. Pembuatan larutan stok harus dilakukan dengan cennat, sebab larutan stok yang terlalu pekat akan mengalami pengendapan di lemari es dan larutan stok yang terkontaminasi tidak boleh digunakan lagi (Hendaryono dan Wijayani, 2000).
            Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat  berupa medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang diggunakan mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh dan suuplemen organik (Rahardja, 2002).
            Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Heddy,  2005).
            unsur-unsur kultur jaringan diberikan tidak dalam bentuk unsur murni, tetapi berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam media tumbuh, garam-garam mineral itu haruslah lebih dahulu dilarutkan dalam konsentrasi tertentu, sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai dengan ketentuan sebagai pelarut dipakai aquades (Hidayat, 1995).











 III.  METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 07 November 2014 pada pukul 10.00 WITA sampai selesai dan bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
A.    Alat  dan  Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu neraca analitik, pipet ukur, gelas ukur, labu takar, beaker glass, erlenmeyer, PH meter  atau kertas lakmus, autoclave, botol kultur, plastik, karet, kertas label dan  aluminium  foil.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu  zat pengatur tumbuh  (Auksin 2,4-D, Sitokinin BAP) , medium yang di dinginkan, media murshige dan  skoog (MS),  NaOH 0.1 N, NaCL 0.1 N, gula pasir dan agar.
B.     Prosedur  Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan pada praktikum ini yaitu :
1.    Membuat  larutan  stok  auksin 2,4-D,
·         Menimbang  auksin  2,4-D 100 mg,
·         Menambahkan air 100 ml,
·         Memasukkan  ke dalam wadah (gelsa  ukur)  dilarutkan dengan NaOH ditetesi sedikit-demisedikit  sampai  homogen,
2.    Membuat  larutan  stok  sitokinin  BAP,
·         Menimbang  sitokinin  BAP  100 mg,
·         Memasukkan  ke dalam wadah (gelsa  ukur)  pelarut NaCl ditetesi sedikit-demisedikit,
·         Menambahkan air 100 ml sampai homogen,
3.    Menimbang  media
·         Menggukur 200 ml air  (awal)  menggunkan  gelas  ukur,
·         Menimbang  media  murshige dan  skoog  (MS) 1,102 gram,
·         Menimbang  agar  1,75  gram,
·         Menimbang  gula 7,5 gram dan  memasukkan ke  dalam  larutan murshige dan  skoog (MS)  kemudian dihomogenkan  menggunakan  stirer  hot  plat,
·         Memasukkan media murshige dan  skoog (MS)  kedalam aquades 200 mg,
·         Memasukkan  ZPT sitokinin  (BAP)   2  mikro  liter  kedalam  larutan,
·         Memasukkan  ZPT  auksin (2,4-D)  75  mikro  liter,
·         Menambahkan  aquades  sampai   250 ml sampai homogen,
·         Mengukur  pH  sampai (5,8),
·         Untuk  menaikan  pH  Menggunkan  larutan  NaOH  untuk  menurunkan  menggunakan  larutan  NaCl,
·         Memasukkan  larutan  agar  pada  larutan,
·         Kemudian  di  homogenkan hingga mendidih dan  jernih,
·         Memasukkan  larutan  yang telah  siap  ke dalam  botol ,
·         Menutup  botol  menggunakan  plastik  dan  di ikat  dengan  karet,
·         Memasukkan  botol yang  berisi  media ke  dalam  autoclave dengaan suhu  121oC dengan  tekanan 1 Atm selama 15 menit untuk  sterilisasi.

IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil   Pengamtan
            Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Media
Kontam
Tidak Kontam
Botol kultur  1
__
Botol kultur  2
__
Botol kultur  3
__
Botol kultur  4
__
Botol kultur  5
__
Botol kultur  6
__
Botol kultur  7
__
Botol kultur  8
__
Botol kultur  9
__
Botol kultur  10
__

B.  Pembahasan
            Media Murashige & Skoog (media MS) merupakan media digunakan hampir pada semua macam tanaman terutama herbaceous. Media ini memiliki konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi, terutama kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.
Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan, sangat bergantung pada media yang digunakan. Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Pada media kultur yang dibuat  terdapat tiga media yang terkontaminasi. Hal ini diketahui dengan cara melihat bagian dari media kultur yang terkontaminasi  (memiliki jamur). Media tesebut terjadi kontaminasi karena ke tiga media  tersebut  kurang steril pada saat melakukan pembuatan media.  Sehingga terjadi  kontaminasi pada media kultur jaringan. Penyesuaikan pH yang diinginkan untuk menghasilkan media yang sesuai dengan yang diinginkan (menghindari perubahan pH yang cukup besar atau yang sangat rendah, pH yang sesuai adalah 5,6 – 5,8) maka dilakukan pengukuran pH sebelum dilakukan pensterilan. Jika pH yang dihasilkan rendah maka dititrasi dengan NaOH  dan jika pH tinggi maka dititrasi dengan HCl sampai dperoleh pH yang diinginkan baru diadakan penetapan media disterilkan dalam autoklaf. Sterilisasi yang dilakukan selama 30 menit dengan suhu 2400C, mampu mensterilkan media dan alat dari bakteri yang terdapat di lingkungan alami.
            Media yang terkontaminasi sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri atas dua jenis yaitu kontamiasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh jamur. Untuk membedakan kedua jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik yang muncul pada eksplan maupun media kultur. Bila terkena kontaminasi bakteri maka tanaman akan basah atau menyebabkan adanya lendir, hal ini dikarenakan bakteri langsung menyerang terhadap jaringan dari tubuh tumbuhan itu sendiri. Sedangkan bila terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih kering dan akan muncul hifa jamur pada tanaman yang terserang dan biasanya dapat dicirikan dengan adanya garis-garis (seperti benang) yang berwarna putih. Penyebab terjadinya kontaminasi bisa diakibatkan karena kesalahan pada saat penanaman, saat sterilisasi media dan eksplan atau bahkan pada saat pembuatan media.


V.  PENUTUP
A.  Kesimpulan 
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pembuatan  media  dibutukan  kondisi  lingkungan  yang  steril  sehingga  tidakk terjadi  kontaminasi  pada  media.  Penyesuaikan pH yang diinginkan untuk menghasilkan media yang sesuai dengan yang diinginkan (menghindari perubahan pH yang cukup besar atau yang sangat rendah, pH yang sesuai adalah 5,6 – 5,8) maka dilakukan pengukuran pH sebelum dilakukan pensterilan. Jika pH yang dihasilkan rendah maka dititrasi dengan NaOH  dan jika pH tinggi maka dititrasi dengan HCl sampai dperoleh pH yang diinginkan baru diadakan penetapan media disterilkan dalam autoklaf.
B.  Saran
            Saran  saya  pada  praktikum  ini  sebaiknya    praktikan  lebih   banyak  bekerja dari asistem  praktikum  sehingga  kami  sebagai  praktikan  lebih  memahami  mengenai    tahap-tahap pembuatan media  kultur  jaringan.





DAFTAR  PUSTAKA
Gunawan,  L.W. 2001. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 
Hendaryono  D. S. dan Wijayanti. 2000. Pedoman Kultur Jaringan. Penebar Swadaya . Jakarta.
Heddy.  2005.  Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta.
Hidayat. 2011. Induksi Kalus Binahong (Basella rubra L.)  Secara In Vitro Pada Media Murashige & Skoog Dengan Konsentrasi Sukrosa Yang Berbeda.

Rahardja PC. 2002. Kultur Jaringan. Teknik Perbanyakan Tanaman secara Modern. Penebar  Swadaya.  Jakarta.
Suryo.  2004. Genetika. Gadjah Mada University Press. Jakarta
Yuwono T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.